Yogyakarta, kpu.go.id- Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan kegiatan Monitoring dan Supervisi Peningkatan Partisipasi Masyarakat (Parmas) dalam Pemilu di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada 20 s/d 22 Desember 2012. Anggota KPU, Sigit Pamungkas beserta tim berkesempatan hadir pada acara tersebut dan melakukan dialog langsung dengan Ketua KPU, Anggota KPU, Sekretaris KPU, Kabupetan Sleman, serta beberapa wartawan lokal. Dalam pertemuan tersebut, Sigit menjelaskan, terdapat dua tantangan pada Pemilu 2014 berkaitan dengan kualitas demokrasi, pertama, tantangan untuk bagaimana meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat, dan kedua, ketakutan akan turunnya tingkat partisipasi masyarakat karena publik jenuh akan proses politik. Sigit berharap partisipasi masyarakat didorong aktif pada setiap tahapan sehingga publik dapat terlibat pada setiap proses. Hal itu tentu akan semakin memudahkan kerja KPU. Berkaitan dengan anggaran, Dosen Fisipol UGM tersebut juga berharap anggaran kegiatan sosialisasi dapat ditingkatkan dan berdampak pada peningkatan partisipasi masyarakat, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pelaksanaan partisipasi masyarakat di Sleman, Ketua KPU Kab. Sleman, Djayadi menuturkan “Pada tahun 2012 ini, KPU Sleman sudah menyelenggarakan kegiatan pendidikan pemilih khusus untuk pemilih pemuda dengan metode Building Resources in Democracy Goverment and Election (BRIGDE). Kegiatan tersebut dilakukan di semua SMA/sederajat, dengan perwakilan untuk tiap sekolah masing-masing sebanyak lima siswa. Kegiatan itu berjalan cukup baik, para siswa cukup antusias karena mereka bisa merasakan langsung dengan berperan sebagai penyelenggara pemilu maupun pemilih”. Djayadi juga menjelaskan, jumlah pemilih pemula di daerah yang terkenal dengan objek wisata Candi Prambanan itu, mencapai 10% sehingga cukup representatif.
Selain bertandang ke KPU Kab. Sleman, Tim Monitoring dan Supervisi Parmas melakukan kunjungan ke salah satu universitas tertua di Indonesia, yaitu kampus Universitas Gajah Mada (UGM), di sini dilakukan wawancara singkat dengan beberapa mahasiswa. Pada wawancara tersebut, mahasiswa berharap KPU lebih gencar melakukan sosialisasi dan mulai memanfaatkan media sosial, seperti facebook dan twitter sebagai sarana sosialisasi, bukan hanya media konvensional seperti poster atau leaflet, yang mereka nilai kurang mendapat perhatian dan tidak menyentuh langsung kepada masyarakat. Selain itu, mereka juga mengkritisi KPU yang dinilai hanya melakukan sosialisasi ketika mendekati waktu pemilu. Padahal menurut mereka, sosialisasi baiknya dilakukan jauh-jauh hari agar dapat lebih efektif. Mereka juga menyarankan agar KPU lebih lebih terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan kampus agar pesan-pesan pemilu dapat tersampaikan secara langsung kepada para mahasiswa. (Rit/red)